DIA PIKIR DIA PINTAR

Kalau kita membaca judul di atas, maka terbersit di pikiran bahwa penulis bertemu orang yang sotak (sok tahu), sombong, tidak mau menerima pendapat orang lain, tertutup, kuper (kurang pergaulan) dan sejenisnya. Tidak sepenuhnya begitu, dan memang bukan begitu. Judul itu sengaja digunakan sebenarnya hanya mewakili paragraf penutup dari tulisan ini yang sebenarnya hanya tulisan tentang kegiatan penulis selama bertugas di Kota Makassar....rapopo thooo...hehehe.

Sudah menjadi agenda tahunan bagi perguruan tinggi - perguruan tinggi dan lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Fajar (Yayasan Pendidikan Fajar Ujungpandang dan Yayasan Pendidikan Fajar Enesce Surabaya) untuk menghadiri rapat kerja tahunan dalam rangka mengevaluasi kinerja tahun akademik sebelumnya dan menyampaikan program kerja tahun akademik berikutnya. Tahun akademik di perguruan tinggi itu dimulai dari bulan September sampai Agustus, misalnya tahun akademik 2016/2017 itu mulai bulan september 2016 hingga agustus 2017....begitu. Lembaga pendidikan yang hadir adalah STIM Nitro Makassar, Universitas Fajar Makassar, Politeknik NSC Surabaya, dan Business Management Institute Makassar. Nah...penulis yang diberi amanah di Politeknik NSC Surabaya pun harus mengikuti acara yang diselenggarakan tanggal 12 Maret 2017 di Gedung Graha Pena Fajar Makassar Lt. 19. Biasanya rapat kerja seperti ini diselenggarakan antara bukan agustus dan september setiap tahunnya, tapi ini sangat terlambat baru bukan maret diadakannya. Gak papa lah daripada gak rapat sama sekali...hehehe....minimal bisa jadi ajang temu kangen dan sharing antara para pengelola perguruan tinggi. Apa saja yang dibahas dalam rapat, penulis tidak akan menguraikan di sini karena pasti panjang banget. Intinya masing-masing pengelola lembaga pendidikan saling memberi masukan bagi pengelola lembaga pendidikan lainnya dan juga kepada yayasan sebagai badan pennyelenggara. Yayasan ternyata punya program kerja juga loh...

Singkat cerita rapat kerja yang dihadiri penulis tersebut berakhir sore hari sekitar pukul 16-an lah. Penulisnya akhirnya kembali ke hotel untuk beristirahat karena kebetulan malam harinya penulis telah ada janji dengan kawan lama sesama dan semasa dulu kuliah di S2 Ekonomi Sumber Daya di salah satu perguruan tinggi negeri. Nama kawan lama penulis itu panggilannya Inul (tapi cowok orang ini) dan Nise (arti dalam bahasa mandarinnya apa ya....). Mereka datang sekitar pukul 19-an lah ke hotel tempat penulis menginap dan sepekat untuk keluar mencari tempat makan malam. Berhubung penulis sudah lama tidak makan mie titi (sejak 2010 boss...) maka makanlah kita di mie titi jalan datu museng (dekat pantai  Losari yang indah). Sambil makan kami ngobrol tentang aktivitas masing-masing saat ini. Selesai makan kami lanjutkan ngobrol dengan minum kopi di cafe Smile yang berada Aerotel Smile Lt. 11 dengan view pantai Losari di waktu malam. Obrolannya....lanjuuuut.

Topik obrolan berkembang kemana-mana gak tentu arah karena memang tidak ada yang mengarahkan, mulai dari masalah kerjaan, politik, perkembangan teman-teman yang lain, dan juga tentang keluarga masing-masing. Tiba pada topik tentang keluarga, Inul bercerita bahwa dia sudah memiliki 4 (empat) anak. Teringat oleh penulis candaan waktu kuliah dulu bahwa terdapat sebuah teori yang sulit dicantumkan namanya, tahunnya dan halamannya (koyok bikin landasan teori aza ya...kekekekek). Teori tersebut mengemukakan bahwa kondisi dan jumlah rambut yang ada di kepala seorang laki-laki itu mencerminkan probabilitas, intensitas dan behaviour (rodo ilmiah kaaan....) dari laki-laki tersebut. Dengan spontan dan tanpa direncanakan serta diikhtiarkan terlebih dahulu, penulis melirik ke situasi dan kondisi kepala kawan yang bernama Inul. Dan.....JEGEEERRRR....ya ampuuun...ya ampuuun....ya ampiyuuuunnn (seperti kata komentator bola di tipi), kepala Bro Inul ternyata sedikit sekali rambutnya di bagian depan, atau istilah lainnya agus (agak gundul sedikit).

Saatnya membahas secara ilmiah...
Berdasarkan teori tadi, ada 3 (tiga) asumsi yang ditetapkan. Asumsi pertama, jika kepala seorang laki-laki habis rambut di bagian depan kepalanya atau tidak ada sama sekali maka dapat diinterpretasikan bahwa bagian depan kepala tersebut sering mengalami gesekan-gesekan secara continue, consisten, and sustainable. Gesekan-gesekan tersebut diakibatkan oleh tangan sang istri yang sering menolak kepala suami (sambil berkata sudaaaah lah maaaasss.....) karena sang suami selalu berkata more and more again....hehehe. Asumsi ke-2, jika bagian belakang kepala seorang suami sedikit dan bahkan habis rambutnya, itu juga diakibatkan gesekan-gesekan tangan sang istri sambil berkata come on maaass...piyeee to ikiii..wkwkwkwk. Sampai dinisi eh disini, bro Inul ketawa mesem mendengar asumsi teori ini sambil mengelus-elus kepalanya (diapun teringat teori ini juga).

Sebenarnya teori tadi juga mengemukakan tinjauan dari dimensi lainnya yaitu dimensi pikiran dan kepintaran yang indikatornya bisa bermacam-macam dengan mengemukakan hipotesis yang belum ditentukan alat ujinya yaitu bahwa jika kepala seseorang botak di bagian depannya maka berarto orang tersebut suka ber-PIKIR. Dan jika kepala seseorang botak di bagian belakangnya maka orang tersebut merupakan orang yang PINTAR. Bro Inul langsung menambahkan, bagaimana kalau kepala seorang laki-laki dari depan sampai belakang botak? Dan......tanpa menunggu waktu dia jawab sendiri, kalau laki-laki yang habis rambutnya dari depan sampai belakang maka DIA PIKIR DIA PINTAR.


Komentar